Penyebab Ekonomi Jepang Menurun, Terlempar dari 3 Besar
Ada berbagai macam faktor yang menjadi penyebab ekonomi Jepang menurun. Saat ini posisi Jepang pada urutan ketiga sebagai ekonomi terbesar di dunia telah diambil alih oleh Jerman. Sekarang Negeri Sakura menempati posisi keempat.
Menurunnya peringkat tersebut itu terjadi seiring dengan jatuhnya negara Jepang ke jurang resesi. Sebagai informasi saja bahwa resesi itu dapat diartikan sebagai penurunan ekonomi atau biasa disebut ekonomi negatif.
Negeri Sakura pernah menjadi negara dengan menduduki peringkat kedua sebagai negara dengan ekonomi terbesar di dunia, melaporkan adanya kontraksi selama dua Kuartal berturut-turut. Hal tersebut dianggap sebagai penyebab utama resesi ekonomi di Jepang.
Penyebab Ekonomi Jepang Menurun
Jepang merupakan salah satu negara maju di Asia yang dikenal memiliki kekuatan ekonomi sangat baik.
Akan tetapi, dalam beberapa tahun mengalami kemerosotan sehingga menyebabkan resesi. Berikut beberapa faktor atau penyebab ekonomi Jepang menurun dalam beberapa tahun terakhir.
1. Produk Domestik Bruto
Sebagai informasi saja jika produk domestik bruto atau biasa dikenal sebagai PDB itu sedang tidak baik-baik saja. Pada tahun 2023 sebenarnya ekonomi Jepang tumbuh dengan baik akan tetapi mengalami kontraksi selama dua kuartal berturut-turut.
Jadi terjadi penurunan ekonomi sebesar 0,4% pada kuartal IV secara tahunan, setelah itu kembali mengalami kontraksi sebesar 3,3%.
2. Inflasi
Penyebab ekonomi Jepang menurun berikutnya yaitu terjadinya inflasi. Pada tahun 2023 sebenarnya inflasi yang terjadi relatif masih cukup terkendali.
Maka inflasi terbesar itu terjadi pada bulan April dengan jumlah mencapai 3,5%. Sementara itu, dari mulai awal tahun hingga kuartal ke III pergerakan inflasi di antara 3% sampai 3,5%.
Sementara itu pada akhir tahun sempat turun di bawah 3%, yaitu pada bulan November nilainya 2,8%, kemudian pada bulan Desember hanya 2,6% saja.
3. Konsumsi dalam Negeri
Konsumsi dalam negeri juga menjadi salah satu penyebab ekonomi Jepang menurun. Jadi pengeluaran rumah tangga itu mengalami penurunan rill sampai sebesar 2,5% secara year on year. Hal tersebut menunjukkan penurunan yang lebih buruk daripada konsensus pasar di mana menyatakan penurunan hanya sebesar 2,1%. Bahkan pada bulan November konsumsi rumah tangga mengalami penurunan sebesar 2,9%.
Hal tersebut sekaligus menandai penurunan selama 10 bulan berturut-turut. Pengeluaran rumah tangga itu mengacu pada besarnya konsumsi untuk makanan, kesehatan, perumahan, dan rekreasi.
Sedangkan tingkat tabungan rumah tangga justru mengalami pertumbuhan yang sangat besar. Pada bulan Desember 2023 tercatat rata-rata masyarakat menyisihkan sekitar 60,30% penghasilannya untuk ditabung. Angka tersebut jauh lebih tinggi jika dibandingkan pada bulan November yaitu sebesar 23,70% dari pendapatan yang diubah menjadi tabungan.
Sebagai informasi saja bahwa tabungan personal di negara Jepang itu rata-ratanya 13,16% dari tahun 1963. Rekor tertinggi terjadi pada tahun 2020 di mana rata-rata masyarakat menabung 62,10% dari penghasilannya.
4. Suku Bunga Bank of Japan
Bank of Japan atau Bank Sentral Jepang telah mempertahankan tingkat suku bunga jangka pendek sebesar -0,1% pada akhir tahun 2023.
Kebijakan suku bunga negatif ini ternyata tetap dipertahankan sampai awal tahun 2024. Hal ini juga menjadi salah satu dari penyebab ekonomi Jepang menurun.
5. Pengangguran
Tingkat pengangguran di negeri Sakura itu mencapai 2,4% pada bulan Desember 2023. Sebenarnya angka tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan bulan Oktober di mana nilainya mencapai 2,5%.
Kira-kira terdapat 67,54 juta jumlah pekerja di negara Jepang, sementara itu jumlah penganggurannya mencapai 1,56 juta. Tersedia 127 lowongan pekerjaan bagi setiap 100 mencari kerja.
Kemungkinan Ekonomi Jepang Masih Lesu pada 2024
Tidak sedikit analis memperkirakan bahwa akan adanya gejolak pada kuartal pertama di tahun 2024. Peringatan tersebut diakibatkan oleh lesunya konsumsi masyarakat, lemahnya permintaan dari Cina, serta terhentinya produksi unit Toyota Motor Corp. Hal tersebut diprediksi oleh beberapa analis akan menjadi salah satu penyebab ekonomi Jepang menurun yang utama dalam menghambat pemulihan ekonomi, setidaknya yaitu sampai awal tahun 2024.
Belanja dan konsumsi modal menjadi pilar utama untuk meningkatkan permintaan domestik di Jepang. Beberapa analis mengatakan bahwa pada awal tahun 2024 negeri matahari terbit akan terus kekurangan momentum tanpa adanya pendorong utama pertumbuhan ekonomi. Jepang dikenal sebagai negara yang sangat sedikit sumber daya, selain itu populasi masyarakatnya juga berusia tua dan sangat bergantung terhadap ekspor.
Di sisi lain Jepang memang telah mengalami krisis tenaga kerja dalam beberapa tahun terakhir. Krisis tenaga kerja yang terjadi itu lebih buruk dibandingkan dengan Jerman. Masalah semakin rumit karena tingkat kelahiran di Jepang itu sangat rendah. Pemerintah dianggap belum bisa menangani masalah rendahnya tingkat kelahiran dengan baik.
Jadi memang pemerintah harus bekerja keras untuk melakukan pemulihan ekonomi, karena banyak sekali penyebab ekonomi Jepang menurun yang harus diperbaiki segera mungkin.